“Lo telat 5 menit, PUSH UP lo sana” Kata seorang pria dengan rambut
kribo.
“tapi kak....” kata ku cemas karena melihat rambutnya
“Eeh,,,siapa yg suruh lo
jawab?” kata seorang cewek dengan postur agak lebar (sorry aku gak
bilang gemuk,ya) dari kejauhan tiba-tiba menghampiri ku. aku merasa aura
perempuaan ini sedikit berbeda, seperti aura...kasih mungkin tapi dengan bobot
jumbo.
“Enggak kak, maaf” jawabku sambil nunduk gak berani liat mukannya. Takut diterkam.
“Sapa suruh lo minta maaf? DIAM
lo”
“Iya kak”
“Jangan iya kak, iya kak aja, dengarin gue ngomong”
“Iya kak”
“Lo ngelawan,ya?”
“Nggak kak”
“PUSH up kamu”
“Iya kak”
“Kak, kak, kak ,kak. Jangan panggil gue kakak”
“iya bang”
Gila nih cewek galak banget, buru-buru aku push-up, tak lama setelah itu terdengar sebuah suara,
“Capek,dek?” kata seorang cewek
yang berambut panjang, dia terlihat sangat manis ku merasa inilah cinta pada
pandangan pertama.Aku pun terdiam tanpa kata.
Wajahnya begitu indah, serta rambutnya yang terurai membuat ku
terpesona akan kecantikannya. “Capek gak,dek?”tanyanya lagi.
“caapek kak” jawab ku malu-malu dong kayak jigong singkong
“Yaudah berdiri aja”
“Nah karena kamu push up nya
capek, kakak kasih solusi, mau?” tanyanya
“MAU KAK” gue jawab dengn penuh keyakinan.
“Yaudah kamu skot jump aja 20 kali aja” JEGERRRRR....
Ku kira dia bakalan baik ke aku, malah sebaliknya, emang tampang gak
membuktikan tabiat seorang, kalo kalian liat ada orang dengan tampang jelek,
jangan langsung bilang hatinya jelek, juga ingat ini baik-baik, kalo tampangnya
jelek, belum tentu hatinya BAIK.
“CAPEK GAK DEK?” teriakan itu terdengar lagi. Aku berusaha mencari
siapa yang bersuara itu, karena kalo si cewek cantik tadi yang bilang maka
situasi akan menjadi berbahaya,siaga encok. “Capek kak!” jawab teman-teman
sehidup sepenanggunganku. Aku masih gak mau teriak takutnya itu Cuma tipuan
kayak si cewek cantik itu lakuin ke tadi. “yaudah kalo capek silahkan
istirahat dulu” lanjut si abang yang memiliki postur besar yang namanya aku belum tau, tapi gau usah di kasih tau lah ya, kan ga di ceritaiin ini, hehe :D
Kemudian ku coba menyandarkan badanku yang udah serasa sedang tes
militer ini, aku bingung ini OSPEK apa persiapan untuk kader jihad? Soalnya
fisik dan mental ditempa banget disini, disuruh push uplah, larilah, nyuci
sempak lah (yg ini kayaknya nggak deh).
“eh sori, nama lo siapa?” tanyaku ke orang disebelah, mencoba untuk berkenalan.
“namaku Sebastianus! jadi panggil aja sebastian,lebih keren,kan? Kalo
kau panggil nama yang belakangnya bisa bahaya kita” dia lalu tersenyum membuat
ku sedikit ngeri.
“ keren keren,heh” gue ketawa garing “ namu gue Yudi, simple,kan?”
“okay Yudi!! ”jawabnya lantang. Keesokan harinya, kami dikumpulkan
lagi disini.
“pekenalkan nama kakak aura kasih” kata cewek yang memarahiku kemaren.
“haah?!!” semua panik. Aku yang merasa paling gak percaya.
“haha,,kakak Cuma becanda kok, nama kakak misa kura, jangan digabung
ya manggilnya” sontak aku pun tertawa dalam hati mendengar namanya, misakura.
Pantas aja badannya gede’ pasti kelamaan direndam ama air panas,jadinya
mengembang.
Pandanganku Cuma terfokus pada satu cewek saat dia memperkenalkan diri,
aku kemudian terdiam. Semuanya diam. Krik krik krik (sampe suara jangkrik pun
terdengar).
“nama gue, Yuliani, panggil aja yuli ” Suara lembut nan merdu itu
terdengar lagi di kuping gue, seakan bidadari turun dari khayangan, parasnya
begitu mempesona. Semuanya memperhatikkannya dengan seksama. Namanya begitu
simple, namun begitu indah ketika ku bayangkan. Aku hanya tersenyum-tersenyum
sendiri kayak orang sakit.
“gila,cantik kali kakak
itu,ya?” suara sebastian tiba-tiba mengagetkanku.
“siapa?Misakura?? haha” kataku cengengesan
“enggaklah, itu kak Yuliani !!!!”donggg. Hening. “iya,ya cantik cantik
heh” jawabku datar. Padahal ingin ku berteriak. “YOI BRO. TUH CEWEK CANTIK BANGETTT” tapi ku coba
untuk menutupi perasaan itu.
Pandangan pertamaku ke dia sungguh membuat hatiku langsung jatuh cinta
kepadanya tak wajar manusia seaneh sebastianus bisa kagum dengan dirinya. Lalu
sebastianus memintaku untuk membantunya jadian sama yuliani. Namun, aku tak tau
harus bagaimana karena di satu sisi, aku juga suka sama si yuliani. Aku
terjebak di antara cinta dan persahabatan. Sungguh pilihan yang sulit. Akhirnya,
persahabatanlah yang kupilih. Keesokan harinya saat ku tengah santai
mengerjakan soal kalkulus di kelas tiba-tiba sebastianus menghampiriku. Dia
memintaku untuk mengajarinya pendekatan sama yuliani, sungguh langkah awal yang
salah berguru sama jomblo akut sepertiku. Namun, Akhirnya demi menyenangkan
hati temanku ini, aku menyarankan agar dia SMSan saja sama yuliani, karena udah
gak zamannya lagi main surat-suratan.
Aku yang tau bahwa sebastian cinta pada cinta pertama ku, hanya bisa
terdiam, lunak dan..sakit. entah sakit apa ini, tapi aku tahu aku baru pertama
kali merasakan sakit ini. Aku hanya mengiyakan saja kata sebastianus, sahabat
karibku yang baru ku kenal di
universitas ini. Melihat semangat sahabat ku itu aku hanya bisa tersenyum walau
hati ini perih.
“yud, kayaknya gue udah siap deh buat nembak si
Yuliani “
Mendengar kata itu seharusnya aku sudah siap, tapi entah kenapa saat
kata – kata keluar tenggorokanku tercekat dan dadaku naik turun menahan sesak.
Lalu dia menjelaskan rencana penembakannya, Dia berencana berpura-pura
mengalami kecelakaan dan masuk rumah sakit. Aku yang ditugaskan memberitahu
yuliani sekaligus menjemputnya, hanya bisa mengangguk.
“nah gitu sob, ngerti kan lo maksud gue? “ logat batak sebastian
menyadarkan ku dari lamunan, tanpa sadar selama sebastian bercerita, aku hanya
melamun dan membayangkan Yuliani dengan anggun berdiri diantara lilin bebentuk
hati dan memegang satu bucket bunga lili putih,,ya aku tau itu bunga favorit
Yuliani. Tetap rasa itu yang kurasakan...sakit.
“iya iya gue ngerti sob” jawabku pada sebastian.
Yaa,aku memang sahabatmu, tapi apakah mengorbankan cinta demi sahabat
adalah kewajiban seorang sahabat terhadap sahabatnya? Batinku.
Malam itu pun tiba. Dengan senyum palsu itu, Aku pun menjemput Yuliani
dirumahnya demi lancarnya rencana sobatku. Sedikit rasa bersalah tiba-tiba
menyelinap masuk kedalam hati ku, karena telah membohongi Yuliani. Namun selalu
kuingat tampang sebastian yang dengan bahagianya menanti di rumah sakit dengan
seikat bunga dan kata – kata indah yang siap ia lontarkan untuk Yuliani.
Kulihat yuliani begitu menawan. Simple namun sungguh indah. Melihat yuliani
yang panik mendengar keadaan sebastian, kami pun bergegas pergi.
Ditaman itu, tepat dirumput Jepang berwarna hijau dan mengkilat dengan
sedikit sentuhan basah karna embun malam hari. Tampak lilin-lilin kecil menyala
dengan indah dengan sebastian di tengahnya memegang bucket bunga lili.
“yud..eng..itu kan..eng...itu kann sebastian? Ko dia?.....” tanya
yuliani dan langsung mendekati sebastian.
Aku hanya terdiam dan tersenyum pada sebastian pertanda tugas ku sudah
selesai. Aku berniat pergi dan membiarkan mereka berdua. Tapi entah ada apa
dengan syaraf otot ku yang menahan ku untuk tetap diam dan memandangi mereka
dari kejauhan. Aku hanya membiarkan rasa sakit ini mengalir, mennyusupi apa itu
perih, apa itu pedih.
Aku melihat Yuliani dan
Sebastian akhirnya berpelukan. Pertanda Yuliani menerima cinta sebastian.
Dengan cepat aku bergegas meninggalkan tempat itu, tak sanggup ku melihatnya
lebih lama.
Ingin ku menangis sejadi-jadinya, aku tahu aku laki-laki, aku tak
boleh lemah, tapi ini perasaan ku. Aku sakit. Dan aku ingin menangis, menangis
untuk malam ini saja.
Dengan perasaan yang sudah kucoba tata sebaik mungkin, senormal
mungkin, aku yang mulai terbiasa akan pemandangan Yuliani dan sebastian. Hari
ini tepat sebulan mereka pacaran. Hari ini juga aku berangkat ke kampus dengan
perasaan lebih tenang dan berharap tidak bertemu mereka. Namun pemandangan
janggal terlihat dari wajah sebastian, sahabatku ini tampak sedang melamun dan
murung. Ku coba menyapanya.
“Yuliani berubah sob” tukas
sebastian singkat.
“berubah? Wah jadi warna ijo atau warna pink? Heheh” aku bercanda demi
mengubah wajah sahabat ku yang mirip dengan knalpot bajaj ini.
Aku hanya manggut-manggut mendengar curahan hati sahabat ku ini, dan
satu hal yang baru kusadari logat batak sebastian sedikit demi sedikit mulai
luntur mungkin ini bisa jadi efek jatuh cinta dan ke’melamkolis’an tu anak..
*sabtu malam*
“kamu gimana sih beb? Katanya mau dinner sama aku, kog main batalin
gini aja sih?” suara sebastian ditelpon masih terdengar lantang oleh Yuliani.
“ya..gimana lagi sayang, aku harus nemenin mama dirumah, kamu tau kan
gimana sewotnya mama kalo aku ga nurutin kemauannya?” jelas yuliani halus.
“yaudah deh, salam aja sama mama kamu” singkat sebastian.
Tak ada yang ku lakukan di sabtu malam yang sakral ini, hanya tidur
dan tak memikirkan apa-apa, hingga sebastian tiba dan mengajakku makan karena
yuliani lagi sibuk.
“yah nasi kucing lagi ni
ceritanya ? ” keluh ku pada sebastaian yang mengajakku duduk disebuah lesehan
bertuliskan ANGKRINGAN JOGJA MURAH,BERLIMPAH
“trus lo mau nya apa? Burger? Spagheti? “ cetus sebastian meledek
“yah seenggaknya biarin gue nyicipin makanan di sono noh !” balas ku
seraya menunjuk Restaurant bernuansa ungu dengan lampu neon bergelayut
dijendelanya yang kini berada diseberang mereka.
“tempat lo bukan disitu sob, kan lo jomblo akut itu tempat orang yg
punya pasangan” jelas sebastian yang tampak lebih berpengalaman.
“malah kalau kita kesana sekarang, kita bakal jelas dibilang homo sob
! “ lanjut sebastian yang tampak lebih meyakinkan.
“oh iya ya, lo bener banget sob, ih ogah banget gue dibilang homo,
sama lo lagi, ih amit amit !” ledek ku pada sebastian. tawa itu pun pecah lagi. Tawa demi tawa
mewarnai malam minggu kami berdua, sampai tiba saatnya sebuah mobil Nisan Juke
putih susu parkir tepat diseberang mata kami. Tanpa sengaja aku melihat siapa
yang keluar dari mobil mewah itu. Sosok itu ! gadis cantik itu ! aku tentu tau
itu siapa ! ya itu Yuliani. Tapi siapa laki-laki yang sedang menggandengnya
itu? Kulihat sosok sebastian yang masih asyik dengan nasi kucingnya sambil
ngupil. Emang kebiasaan buruk suka muncul tanpa tau tempat. Dasar batak idiot.
“sob...lo liat cewek pake baju biru itu ga?” kata ku seraya menyenggol
bahu sebastian
“yang mana? Bencong? “ jawab sebastian santai, tanpa berpaling dari
kerjaannya. Ngupil.
“bukan! itu yang sama cowo !” histeris ku rupanya sudah membuat rasa
penasaran sebastian lahir. Sambil menengok sebastian ikut panik.
“astagaa..itu Yuliani sob ! “ sambil berdiri sebastian berkata dan
bersiap-siap berlari menyebrang mengejar Yuliani. Aku yang tak bisa menahan
langakah sebastian hanya bisa mengikuti sebastian dari belakang yang terlihat
mulai meradang dengan panik.
Tiba direstaurant, aku dan sebastian menangkap basah Yuliani dengan
lelaki tadi sedang bermesraan seakan– akan dunia hanya milik mereka berdua.
“oh bagus yah , bilang nya mau nemenin mama? Mana mama kamu? Dia ?” lantang sebastian bicara pada
Yuliani yang hanya memerah menyaksikan aksi sebastian yang membuat seisi
restaurant menengok kearah mereka. Yuliani yang ketahuan hanya bisa diam
memerah seperti kepiting rebus.
“beb ini ga seperti yang kamu
kira, dengerin aku dulu donk ,,,” rengek Yuliani yang seraya memelas seperti
kucing gelendotan di betis majikannya. Menjijikan
“udah deh, ga ada yang perlu dijelasin lagi, jangan panggil gue beb lagi,
mulai saat ini kita putus!“ sergah sebastian kasar seraya melepaskan genggaman
tangan Yuliani,dan dengan langkah lebar-lebar beranjak pergi. Aku hanya diam termangu melihat kejadian ini. Aku lebih
sakit lagi saat melihat sahabat ku patah hati karena mengalami pengkhianatan
seperti ini. Sosok Yuliani yang begitu aku kagumi dan aku dambakan ternyata tak
lebih dari sosok ‘devil’ bertampang
malaikat.
Pupus sudah perasaan itu, hilang sudah rasa itu, sesak itu pun berubah
menjadi syukur saat aku tak harus terjebak dalam hubungan yang harus diakhiri
dengan pengkhianatan seperti ini, seperti nasib sahabatku , sebastian. Tapi tak
apalah, kejadian ini menambah rasa ku untuk lebih mempercayai pepatah ‘don’t
judge the book from its cover’ ya memang benar. *lima bulan kemudian*
Kegiatan kampus berjalan dengan lancar, aku dan sebastian sudah
normal. Sebastian sudah kembali bangun dari kegalauan yang menyiksa dirinya
selama beberapa bulan ini.
“sob, lagi apa lo? eh lo mau
tau berita terhangat ga? “ tawar sebastian
“apaan? Lo mau ngaku kalo lo sebenernya batman? “
“enggak sob, lebih dari itu, lo
tau misa kura kan??” singkat sebastian, membuat otakku cepat berputar,kaget.
“hahh? Lo jadian sama misa kura? Aura kasih versi lebar? Sumpah lo? Mi
apah?” tanya ku saking kagetnya pada sebastian.
“iya gue tau maksud lo, tapi emang
kenyataannya sob, gue cinta dia dan yang jelas dia cinta balik sama gue, setia,
baik, tulus, walaupun body ga sebagus yuliani, tapi hati 1000 tingkat diatas
dia sob,” jelas sebastian mati-matian membela kekasih baru nya itu.
“oh begitu, selamat ya, akhirnya lo dapet juga cinta sejati lo, tapi
jangan lupa, jangan abaikan tugas kampus lo man, jangan cewek mulu lo urusin,
kuliah lo juga harus jalan terus. Oke?” kataku menasehatin sebastian
“lo emang sahabat gue mut, “ kata sebastian sembari menepuk pundak ku
“eits, apa pula itu ‘mut’ ?” jawab ku berpura-pura dengan logat batak
buatan
“Alien berlumut yang berstatus jomblo akut, hahahaha...” gelak kami
akhirnya pecah setelah sebastian menemukan panggilan baru untuk ku.
Ending yang bahagia.. batinku
EPILOG
Setelah akhirnya si sebastian jadian dengan Aura kasbon , eh maaf aura
kasih dalam ukuran jumbo, akhirnya aku tahu bahwa terkadang tampang tak bisa
mencerminkan watak , moral , dan isi otak seseorang, apalagi isi perutnya *eh.
Sebastian yang tingkat ketampanannya hanya beda 1 % diatas ku dengan
mudah menggaet hati wanita-wanita dari yang reguler sampai yyang non-reguler
(*sindiran halus buat si jumbo).
Yah, lagi lagi omongan pepatah itu benar “DON’T JUDGE THE BOOK FROM
ITS COVER”
Apa salah nya kali ini aku bener mempercayai pepatah itu. Setelah aku
pikir-pikir kenapa aku bisa jadi jomblo akut seperti ini? Padahal aku tak
terlihat terlalu bodoh? Idiot? Oh no, aku bukan alien berlumut plus idiot tentunya, tampang boleh berlumut tapi Tuhan
itu adil dengan memberikan IQ ku yang diatas rata-rata. Ups bukan berarti
sombong lo ya.
Tapi aku sungguh ikhlas disebut jomblo akut (*karna memang benar?)
bukan, bukan karna itu , tapi karna aku pernah mendengar istilah bahwa tak ada
yang namanya “PACARAN” dalam islam. Nah istilah ini yang terkadang menghiburku
dari ke-‘akut’-an jomblo ku ini.
Tapi aku tak menyesal pernah mencintai Yuliani, yang sedikit banyak
pernah memberi ku rasa sakit, risau,galau,bakpau,sandau,gurau,,ehhhh keterusan.
Hehe
Yah kurang lebih seperti itulah, aku disini masih sabar menunggu,
menunggu cinta sejati yang akan selamanya menemaniku, menerima aku (beserta
lumut-lumut yg ada ditubuhku) apa adanya.
“Wahai cinta sejati, aku tau kau pasti ada dikirimkan Tuhan untuk
menjaga ku, aku tahu Tuhan memberi mu amanat yang besar untuk hidup bersama ku.
Ku nanti kau dengan sabar, tiba saat nya kau akan berlabuh pada lengan yang
siap mengangkatmu dan membawa cinta kita pada keabadian”
SEKIAN
Hasil coretan Yudi dan Seila
No comments:
Post a Comment