Monday, August 17, 2015

Dont's judge book by its cover

“Lo telat 5 menit, PUSH UP lo sana” Kata seorang pria dengan rambut kribo.
“tapi kak....” kata ku cemas karena melihat rambutnya
“Eeh,,,siapa yg suruh lo  jawab?” kata seorang cewek dengan postur agak lebar (sorry aku gak bilang gemuk,ya) dari kejauhan tiba-tiba menghampiri ku. aku merasa aura perempuaan ini sedikit berbeda, seperti aura...kasih mungkin tapi dengan bobot jumbo.
“Enggak kak, maaf” jawabku sambil nunduk gak berani liat mukannya. Takut diterkam.
 “Sapa suruh lo minta maaf? DIAM lo”
 “Iya kak”
“Jangan iya kak, iya kak aja, dengarin gue ngomong”
“Iya kak”
 “Lo ngelawan,ya?”
“Nggak kak”
“PUSH up kamu”
“Iya kak”
“Kak, kak, kak ,kak. Jangan panggil gue kakak”
“iya bang”
“Gue CEWEK ”
Gila nih cewek galak banget, buru-buru aku push-up, tak lama setelah itu terdengar sebuah suara, 
 “Capek,dek?” kata seorang cewek yang berambut panjang, dia terlihat sangat manis ku merasa inilah cinta pada pandangan pertama.Aku pun terdiam tanpa kata.
Wajahnya begitu indah, serta rambutnya yang terurai membuat ku terpesona akan kecantikannya. “Capek gak,dek?”tanyanya lagi.
“caapek kak” jawab ku malu-malu dong kayak jigong singkong
“Yaudah berdiri aja”
 “Nah karena kamu push up nya capek, kakak kasih solusi, mau?” tanyanya
“MAU KAK” gue jawab dengn penuh keyakinan.
“Yaudah kamu skot jump aja 20 kali aja” JEGERRRRR....
Ku kira dia bakalan baik ke aku, malah sebaliknya, emang tampang gak membuktikan tabiat seorang, kalo kalian liat ada orang dengan tampang jelek, jangan langsung bilang hatinya jelek, juga ingat ini baik-baik, kalo tampangnya jelek, belum tentu hatinya BAIK.
“CAPEK GAK DEK?” teriakan itu terdengar lagi. Aku berusaha mencari siapa yang bersuara itu, karena kalo si cewek cantik tadi yang bilang maka situasi akan menjadi berbahaya,siaga encok. “Capek kak!” jawab teman-teman sehidup sepenanggunganku. Aku masih gak mau teriak takutnya itu Cuma tipuan kayak si cewek cantik itu lakuin ke tadi. “yaudah kalo capek silahkan istirahat dulu” lanjut si abang yang memiliki postur besar yang namanya aku belum tau, tapi gau usah di kasih tau lah ya, kan ga di ceritaiin ini, hehe :D 
Kemudian ku coba menyandarkan badanku yang udah serasa sedang tes militer ini, aku bingung ini OSPEK apa persiapan untuk kader jihad? Soalnya fisik dan mental ditempa banget disini, disuruh push uplah, larilah, nyuci sempak lah (yg ini kayaknya nggak deh).
 “eh sori, nama lo siapa?” tanyaku ke orang disebelah, mencoba untuk berkenalan.
“namaku Sebastianus! jadi panggil aja sebastian,lebih keren,kan? Kalo kau panggil nama yang belakangnya bisa bahaya kita” dia lalu tersenyum membuat ku sedikit ngeri.
“ keren keren,heh” gue ketawa garing “ namu gue Yudi, simple,kan?”
“okay Yudi!! ”jawabnya lantang. Keesokan harinya, kami dikumpulkan lagi disini.
“pekenalkan nama kakak aura kasih” kata cewek yang memarahiku kemaren.
“haah?!!” semua panik. Aku yang merasa paling gak percaya.
“haha,,kakak Cuma becanda kok, nama kakak misa kura, jangan digabung ya manggilnya” sontak aku pun tertawa dalam hati mendengar namanya, misakura. Pantas aja badannya gede’ pasti kelamaan direndam ama air panas,jadinya mengembang.
Pandanganku Cuma terfokus pada satu cewek saat dia memperkenalkan diri, aku kemudian terdiam. Semuanya diam. Krik krik krik (sampe suara jangkrik pun terdengar).
“nama gue, Yuliani, panggil aja yuli ” Suara lembut nan merdu itu terdengar lagi di kuping gue, seakan bidadari turun dari khayangan, parasnya begitu mempesona. Semuanya memperhatikkannya dengan seksama. Namanya begitu simple, namun begitu indah ketika ku bayangkan. Aku hanya tersenyum-tersenyum sendiri kayak orang sakit.
 “gila,cantik kali kakak itu,ya?” suara sebastian tiba-tiba mengagetkanku.
“siapa?Misakura?? haha” kataku cengengesan
“enggaklah, itu kak Yuliani !!!!”donggg. Hening. “iya,ya cantik cantik heh” jawabku datar. Padahal ingin ku berteriak.  “YOI BRO. TUH CEWEK CANTIK BANGETTT” tapi ku coba untuk menutupi perasaan itu.
Pandangan pertamaku ke dia sungguh membuat hatiku langsung jatuh cinta kepadanya tak wajar manusia seaneh sebastianus bisa kagum dengan dirinya. Lalu sebastianus memintaku untuk membantunya jadian sama yuliani. Namun, aku tak tau harus bagaimana karena di satu sisi, aku juga suka sama si yuliani. Aku terjebak di antara cinta dan persahabatan. Sungguh pilihan yang sulit. Akhirnya, persahabatanlah yang kupilih. Keesokan harinya saat ku tengah santai mengerjakan soal kalkulus di kelas tiba-tiba sebastianus menghampiriku. Dia memintaku untuk mengajarinya pendekatan sama yuliani, sungguh langkah awal yang salah berguru sama jomblo akut sepertiku. Namun, Akhirnya demi menyenangkan hati temanku ini, aku menyarankan agar dia SMSan saja sama yuliani, karena udah gak zamannya lagi main surat-suratan.
Aku yang tau bahwa sebastian cinta pada cinta pertama ku, hanya bisa terdiam, lunak dan..sakit. entah sakit apa ini, tapi aku tahu aku baru pertama kali merasakan sakit ini. Aku hanya mengiyakan saja kata sebastianus, sahabat karibku  yang baru ku kenal di universitas ini. Melihat semangat sahabat ku itu aku hanya bisa tersenyum walau hati ini perih.
 “yud,  kayaknya gue udah siap deh buat nembak si Yuliani “
Mendengar kata itu seharusnya aku sudah siap, tapi entah kenapa saat kata – kata keluar tenggorokanku tercekat dan dadaku naik turun menahan sesak.
Lalu dia menjelaskan rencana penembakannya, Dia berencana berpura-pura mengalami kecelakaan dan masuk rumah sakit. Aku yang ditugaskan memberitahu yuliani sekaligus menjemputnya, hanya bisa mengangguk.
“nah gitu sob, ngerti kan lo maksud gue? “ logat batak sebastian menyadarkan ku dari lamunan, tanpa sadar selama sebastian bercerita, aku hanya melamun dan membayangkan Yuliani dengan anggun berdiri diantara lilin bebentuk hati dan memegang satu bucket bunga lili putih,,ya aku tau itu bunga favorit Yuliani. Tetap rasa itu yang kurasakan...sakit.
“iya iya gue ngerti sob” jawabku pada sebastian.
Yaa,aku memang sahabatmu, tapi apakah mengorbankan cinta demi sahabat adalah kewajiban seorang sahabat terhadap sahabatnya? Batinku.
Malam itu pun tiba. Dengan senyum palsu itu, Aku pun menjemput Yuliani dirumahnya demi lancarnya rencana sobatku. Sedikit rasa bersalah tiba-tiba menyelinap masuk kedalam hati ku, karena telah membohongi Yuliani. Namun selalu kuingat tampang sebastian yang dengan bahagianya menanti di rumah sakit dengan seikat bunga dan kata – kata indah yang siap ia lontarkan untuk Yuliani. Kulihat yuliani begitu menawan. Simple namun sungguh indah. Melihat yuliani yang panik mendengar keadaan sebastian, kami pun bergegas pergi.
Ditaman itu, tepat dirumput Jepang berwarna hijau dan mengkilat dengan sedikit sentuhan basah karna embun malam hari. Tampak lilin-lilin kecil menyala dengan indah dengan sebastian di tengahnya memegang bucket bunga lili.
“yud..eng..itu kan..eng...itu kann sebastian? Ko dia?.....” tanya yuliani dan langsung mendekati sebastian.
Aku hanya terdiam dan tersenyum pada sebastian pertanda tugas ku sudah selesai. Aku berniat pergi dan membiarkan mereka berdua. Tapi entah ada apa dengan syaraf otot ku yang menahan ku untuk tetap diam dan memandangi mereka dari kejauhan. Aku hanya membiarkan rasa sakit ini mengalir, mennyusupi apa itu perih, apa itu pedih.
 Aku melihat Yuliani dan Sebastian akhirnya berpelukan. Pertanda Yuliani menerima cinta sebastian. Dengan cepat aku bergegas meninggalkan tempat itu, tak sanggup ku melihatnya lebih lama.
Ingin ku menangis sejadi-jadinya, aku tahu aku laki-laki, aku tak boleh lemah, tapi ini perasaan ku. Aku sakit. Dan aku ingin menangis, menangis untuk malam ini saja.
Dengan perasaan yang sudah kucoba tata sebaik mungkin, senormal mungkin, aku yang mulai terbiasa akan pemandangan Yuliani dan sebastian. Hari ini tepat sebulan mereka pacaran. Hari ini juga aku berangkat ke kampus dengan perasaan lebih tenang dan berharap tidak bertemu mereka. Namun pemandangan janggal terlihat dari wajah sebastian, sahabatku ini tampak sedang melamun dan murung. Ku coba menyapanya.
 “Yuliani berubah sob” tukas sebastian singkat.  
“berubah? Wah jadi warna ijo atau warna pink? Heheh” aku bercanda demi mengubah wajah sahabat ku yang mirip dengan knalpot bajaj ini.
Aku hanya manggut-manggut mendengar curahan hati sahabat ku ini, dan satu hal yang baru kusadari logat batak sebastian sedikit demi sedikit mulai luntur mungkin ini bisa jadi efek jatuh cinta dan ke’melamkolis’an tu anak..
*sabtu malam*
“kamu gimana sih beb? Katanya mau dinner sama aku, kog main batalin gini aja sih?” suara sebastian ditelpon masih terdengar lantang oleh Yuliani.
“ya..gimana lagi sayang, aku harus nemenin mama dirumah, kamu tau kan gimana sewotnya mama kalo aku ga nurutin kemauannya?” jelas yuliani halus.
“yaudah deh, salam aja sama mama kamu” singkat sebastian.
Tak ada yang ku lakukan di sabtu malam yang sakral ini, hanya tidur dan tak memikirkan apa-apa, hingga sebastian tiba dan mengajakku makan karena yuliani lagi sibuk.
 “yah nasi kucing lagi ni ceritanya ? ” keluh ku pada sebastaian yang mengajakku duduk disebuah lesehan bertuliskan ANGKRINGAN JOGJA MURAH,BERLIMPAH
“trus lo mau nya apa? Burger? Spagheti? “ cetus sebastian meledek
“yah seenggaknya biarin gue nyicipin makanan di sono noh !” balas ku seraya menunjuk Restaurant bernuansa ungu dengan lampu neon bergelayut dijendelanya yang kini berada diseberang mereka.
“tempat lo bukan disitu sob, kan lo jomblo akut itu tempat orang yg punya pasangan” jelas sebastian yang tampak lebih berpengalaman.
“malah kalau kita kesana sekarang, kita bakal jelas dibilang homo sob ! “ lanjut sebastian yang tampak lebih meyakinkan.
“oh iya ya, lo bener banget sob, ih ogah banget gue dibilang homo, sama lo lagi, ih amit amit !” ledek ku pada sebastian.  tawa itu pun pecah lagi. Tawa demi tawa mewarnai malam minggu kami berdua, sampai tiba saatnya sebuah mobil Nisan Juke putih susu parkir tepat diseberang mata kami. Tanpa sengaja aku melihat siapa yang keluar dari mobil mewah itu. Sosok itu ! gadis cantik itu ! aku tentu tau itu siapa ! ya itu Yuliani. Tapi siapa laki-laki yang sedang menggandengnya itu? Kulihat sosok sebastian yang masih asyik dengan nasi kucingnya sambil ngupil. Emang kebiasaan buruk suka muncul tanpa tau tempat. Dasar batak idiot.
“sob...lo liat cewek pake baju biru itu ga?” kata ku seraya menyenggol bahu sebastian
“yang mana? Bencong? “ jawab sebastian santai, tanpa berpaling dari kerjaannya. Ngupil.
“bukan! itu yang sama cowo !” histeris ku rupanya sudah membuat rasa penasaran sebastian lahir. Sambil menengok sebastian ikut panik.
“astagaa..itu Yuliani sob ! “ sambil berdiri sebastian berkata dan bersiap-siap berlari menyebrang mengejar Yuliani. Aku yang tak bisa menahan langakah sebastian hanya bisa mengikuti sebastian dari belakang yang terlihat mulai meradang dengan panik.
Tiba direstaurant, aku dan sebastian menangkap basah Yuliani dengan lelaki tadi sedang bermesraan seakan– akan dunia hanya milik mereka berdua.
“oh bagus yah , bilang nya mau nemenin mama? Mana mama  kamu? Dia ?” lantang sebastian bicara pada Yuliani yang hanya memerah menyaksikan aksi sebastian yang membuat seisi restaurant menengok kearah mereka. Yuliani yang ketahuan hanya bisa diam memerah seperti kepiting rebus.
 “beb ini ga seperti yang kamu kira, dengerin aku dulu donk ,,,” rengek Yuliani yang seraya memelas seperti kucing gelendotan di betis majikannya. Menjijikan
“udah deh, ga ada yang perlu dijelasin lagi, jangan panggil gue beb lagi, mulai saat ini kita putus!“ sergah sebastian kasar seraya melepaskan genggaman tangan Yuliani,dan dengan langkah lebar-lebar beranjak pergi. Aku hanya  diam termangu melihat kejadian ini. Aku lebih sakit lagi saat melihat sahabat ku patah hati karena mengalami pengkhianatan seperti ini. Sosok Yuliani yang begitu aku kagumi dan aku dambakan ternyata tak lebih dari  sosok ‘devil’ bertampang malaikat.
Pupus sudah perasaan itu, hilang sudah rasa itu, sesak itu pun berubah menjadi syukur saat aku tak harus terjebak dalam hubungan yang harus diakhiri dengan pengkhianatan seperti ini, seperti nasib sahabatku , sebastian. Tapi tak apalah, kejadian ini menambah rasa ku untuk lebih mempercayai pepatah ‘don’t judge the book from its cover’ ya memang benar. *lima bulan kemudian*
Kegiatan kampus berjalan dengan lancar, aku dan sebastian sudah normal. Sebastian sudah kembali bangun dari kegalauan yang menyiksa dirinya selama beberapa bulan ini.
 “sob, lagi apa lo? eh lo mau tau berita terhangat ga? “ tawar sebastian
“apaan? Lo mau ngaku kalo lo sebenernya batman? “
 “enggak sob, lebih dari itu, lo tau misa kura kan??” singkat sebastian, membuat otakku cepat berputar,kaget.
“hahh? Lo jadian sama misa kura? Aura kasih versi lebar? Sumpah lo? Mi apah?” tanya ku saking kagetnya pada sebastian.
 “iya gue tau maksud lo, tapi emang kenyataannya sob, gue cinta dia dan yang jelas dia cinta balik sama gue, setia, baik, tulus, walaupun body ga sebagus yuliani, tapi hati 1000 tingkat diatas dia sob,” jelas sebastian mati-matian membela kekasih baru nya itu.
“oh begitu, selamat ya, akhirnya lo dapet juga cinta sejati lo, tapi jangan lupa, jangan abaikan tugas kampus lo man, jangan cewek mulu lo urusin, kuliah lo juga harus jalan terus. Oke?” kataku menasehatin sebastian
“lo emang sahabat gue mut, “ kata sebastian sembari menepuk pundak ku
“eits, apa pula itu ‘mut’ ?” jawab ku berpura-pura dengan logat batak buatan
“Alien berlumut yang berstatus jomblo akut, hahahaha...” gelak kami akhirnya pecah setelah sebastian menemukan panggilan baru untuk ku.
Ending yang bahagia.. batinku



EPILOG
Setelah akhirnya si sebastian jadian dengan Aura kasbon , eh maaf aura kasih dalam ukuran jumbo, akhirnya aku tahu bahwa terkadang tampang tak bisa mencerminkan watak , moral , dan isi otak seseorang, apalagi isi perutnya *eh.
Sebastian yang tingkat ketampanannya hanya beda 1 % diatas ku dengan mudah menggaet hati wanita-wanita dari yang reguler sampai yyang non-reguler (*sindiran halus buat si jumbo).
Yah, lagi lagi omongan pepatah itu benar “DON’T JUDGE THE BOOK FROM ITS COVER”
Apa salah nya kali ini aku bener mempercayai pepatah itu. Setelah aku pikir-pikir kenapa aku bisa jadi jomblo akut seperti ini? Padahal aku tak terlihat terlalu bodoh? Idiot? Oh no, aku bukan alien berlumut plus idiot  tentunya, tampang boleh berlumut tapi Tuhan itu adil dengan memberikan IQ ku yang diatas rata-rata. Ups bukan berarti sombong lo ya.
Tapi aku sungguh ikhlas disebut jomblo akut (*karna memang benar?) bukan, bukan karna itu , tapi karna aku pernah mendengar istilah bahwa tak ada yang namanya “PACARAN” dalam islam. Nah istilah ini yang terkadang menghiburku dari ke-‘akut’-an jomblo ku ini.
Tapi aku tak menyesal pernah mencintai Yuliani, yang sedikit banyak pernah memberi ku rasa sakit, risau,galau,bakpau,sandau,gurau,,ehhhh keterusan. Hehe
Yah kurang lebih seperti itulah, aku disini masih sabar menunggu, menunggu cinta sejati yang akan selamanya menemaniku, menerima aku (beserta lumut-lumut yg ada ditubuhku) apa adanya.
“Wahai cinta sejati, aku tau kau pasti ada dikirimkan Tuhan untuk menjaga ku, aku tahu Tuhan memberi mu amanat yang besar untuk hidup bersama ku. Ku nanti kau dengan sabar, tiba saat nya kau akan berlabuh pada lengan yang siap mengangkatmu dan membawa cinta kita pada keabadian”

SEKIAN

Hasil coretan Yudi dan Seila

No comments:

Post a Comment